Papa T Bob Mana…?

not_balokSuatu malam, Malka terbangun karena kegaduhan anak-anak kecil yang bermain di depan rumah. Padahal malam sudah lumayan larut untuk anak-anak seusia mereka. Saya tidak mempermasalahkan terbangunnya Malka pada malam itu, karena dia terbiasa bangun pada jam-jam seperti ini. Mungkin panasnya Jakarta menggangu ketenangan tidurnya. Yang menarik perhatian saya adalah kegaduhan yang mereka buat.

Di depan orang tuanya, anak-anak itu dengan riangnya menyanyikan lagu dangdut koplo yang sedang hits belakang ini. Saya tidak hafal judulnya tetapi saya tau liriknya. Dan yang lebih mengejutkan lagi isi lagunya sama sekali tidak sesuai untuk anak-anak seperti mereka. Duh saya jadi malu sendiri mendengarnya. Dan yang membuat saya heran adalah orang tua mereka dengan bangganya menertawakan tingkah polah anak-anaknya. Oh…tidak..

Saya sejenak terdiam di depan pintu. Pikiran saya melayang-layang tidak karuan. Ada perasaan cemas dalam diri ini melihat kenyataan yang baru saja terjadi di depan mata. Rasanya dulu kami yang melewati masa anak-anak di tahun delapan puluhan dan sembilan puluhan awal tidak disuguhi dengan nyanyian seperti apa yang di suguhkan pada anak-anak masa kini. Padahal pada masa itu lagu dangdut sudah dikenal luas oleh masyarakat. Entah apa yang salah dengan kondisi ini. Tapi yang jelas kejadian ini mungkin  saja terjadi pada sebagian besar anak-anak jaman sekarang.

Pernah suatu hari saya dan istri mencari DVD lagu-lagu anak untuk Malka di sebuah kios DVD di salah satu pasar daerah Rawasari. Dalam bayangan kami lagu anak-anak seusia Malka tidak jauh dari lagu legendaris Balonku Ada Lima atau Pelangi-pelangi. Namun diluar dugaan kami disodori lagu-lagu koplo. Haduh..haduh.. Memang bukan salah penjual juga sih.  Karena di covernya tertera Lagu Untuk Anak-Anak. Tapi ketika membaca daftar lagunya kami baru terkejut. Ini sih covernya saja untuk anak-anak tapi isinya untuk dewasa.

Berbicara tentang lagu anak-anak, saya jadi teringat Trio Kwek-Kwek. Grup penyanyi cilik yang beranggotakan Leony, Dea dan Alfandy. Dulu mereka sangat terkenal dan sering tampil di televisi. Lagu-lagu yang dibawakan juga sesuai dengan usia mereka pada saat itu. Ada Rame-Rame, Katanya, Jangan Marah dan masih banyak lagi. Sebagian besar lagu yang dibawakan mereka adalah ciptaan Papa T Bob pencipta lagu anak-anak Indonesia.   Selain Trio Kwek-Kwek ada juga Meisy (Bukan Messi lho…). Berbeda dengan Trio Kwek-Kwek, Meisy mempunyai acara sendiri yaitu “Ciluk Ba..” yaitu acara tangga lagu khusus anak-anak. Ada juga Enno Lerian,  Agnes Monica, Joshua Suherman, Chikita Meidi, Dea Imut, Sherina Munaf dan masih banyak lagi.  Dengan bertambahnya usia, penyanyi cilik ini sudah tidak berkiprah lagi di dunia hiburan anak-anak. Leony,Dea,Enno dan Joshua sempat melanjutkan karir di dunia artis remaja dan membintangi beberapa sinetron sebelum akhirnya mundur. Alfandy dan Meisy memilih untuk melanjutkan studinya. Hanya Agnes yang terus eksis berada di panggung keartisannya.

Pada awalnya saya  sempat menduga penyebab ketidaksinkronan dunia hiburan anak-anak adalah kurangnya sosok entertainer anak-anak di tengah masyarakat sekarang. Tapi ternyata tidak juga. Saat ini ada Umay, Cinta Kuya, Cowboy Junior dan bintang-bintang yang bersinar pada ajang pencarian bakat. Mereka adalah artis cilik yang biasa tampil di televisi. Tetapi jika diteliti secara seksama, konten yang mereka bawakan masih didominasi oleh kontent untuk dewasa. Lihat saja lagu-lagunya CJR. Menurut saya ini malah menjadi awal petaka bagi dunia anak-anak. Mengapa? Karena dengan sendirinya porsi hiburan mereka telah dicampuri oleh orang dewasa yang masih membawa kedewasaannya pada dunia anak-anak. Padahal anak-anak adalah peniru yang ulung. Jika idola mereka sudah disisipi materi orang dewasa maka dengan sendirinya akan terbawa ke dalam gaya hidupnya. Salah satu contohnya adalah kejadian yang saya ceritakan di awal tulisan ini.

Penyebab yang paling utama adalah didominasinya acara-acara televisi saat ini oleh orang dewasa. Coba perhatikan tayangan-tayangan sehari-hari di televisi kesayangan kita. Berapa persen acara yang khusus didedikasikan untuk anak-anak ?. saya kira tidak sampai 30 persen. Entah untuk mengejar rating atau kepentingan lain saya tidak begitu paham. Jadi jangan salahkan anak-anak jika suatu saat mereka berjoget dan menyanyikan lagu-lagu seronok  di depan hidung anda.

Seperti kata pepatah “Di kegelapan terowongan akan ada cahaya diujungnya”. Carut-marut ini masih dapat kita manfaatkan untuk mempersiapkan generasi emas di masa depan. Bagaimana bisa…?. Tentu saja bisa. Muaknya kita sebagai orang tua akan sajian televisi ini harus ditularkan kepada anak-anak kita. Kemudian kita bisa arahkan mereka pada kegiatan yang lebih bermanfaat. Misalnya mengaji, berlajar dan membaca buku. Dengan sendirinya mereka akan terbiasa dan melupakan televisi. Sejalan dengan usia, mereka akan dapat membedakan baik dan buruk. Semoga….

24.00

Diiringi Hujan Salemba

(Sumber Gambar : http://www.sindotrijaya.com)

Tinggalkan komentar